Halaman

Inilah Lelaki Yang Mengaku Pernah melihat Dajjal

Dajjal adalah bencana terbesar umat manusia di akhir zaman. Mengapa demikian? Karena Dajjal akan datang ke dunia dengan membawa berbagai macam fitnah dan akan menyesatkan manusia hingga benar-benar tersesat.

Dajjal sebenarnya sudah ada, namun hingga kini Allah belum mengizinkan Dajjal untuk muncul ke hadapan kita. Namun jika sudah waktunya nanti, Dajjal pasti akan muncul dengan membawa berbagai macam fitnah akhir zaman.

Dikisahkan bahwa ada salah seorang lelaki sahabat Rasulullah yang pernah melihat wujud asli dan bertemu dengan Dajal. Dalam sebuah hadits diterangkan, pada suatu hari setelah shalat berjama'ah Rasulullah menahan para sahabat dan berkata:

"Demi Allah sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim ad Dari yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasranai kini telah memeluk islam dan membaiatku. Ia telah berkata kepadaku dengan suatu perkataan yang pernah aku katakan kepada kalian tentang Masihid Dajjal."

Lalu beliau menceritakan pengalaman Tamim Dari tersbut:

"Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak (badai) selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau ditengah laut didaerah tempat terbenamnya matahari, Lalu mereka duduk (istirahat) di suatu tempat yang terletak sangat dekat dengan kapal.

Setelah itu mereka masuk kedalam pulau tersebut lalu mereka bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.

Mereka berkata, "Celaka, dari jenis apakah kamu ini?". Ia menjawab, "Saya adalah al Jassasah". Mereka bertanya, "Apakah al Jassasah itu?" (tanpa menjawab) ia berkata, "Wahai orang-orang pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita dari kalian!"

Tamim ad Dari berkata, "Ketika ia telah menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut karena kami mengira bahwa ia adalah setan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki biara tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang pernah kami lihat) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi."

Kami berkata, "Celaka, siapakah kamu ini?" ia menjawab, "Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan kabar-kabar kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal kemudian kami masuk pulau ini maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya. Maka kami berkata, "Celaka, apakah kamu ini?" ia menjawab, "Aku adalah al jassasah." (Tanpa menjawab) ia berkata, "Pergilah kalian kepada seorang laki-laki yang berada di biara itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan berita-berita yang kalian bawa! Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa kamu ini adalah setan."

Ia (laki-laki besar yang terikat itu) berkata, "Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon korma yang ada didaerah Baisan?" Kami berkata, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia berkata, "Saya menanyakan pakah pohon-pohon korma itu berbuah?" Kami menjawab, "Ya." Ia berkata, "Adapun pohon-pohon korma itu maka ia (sebentar lagi) hampir saja tidak akan berbuah lagi."

Kemudian ia berkata lagi, "Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia." Mereka berkata, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia bertanya, "Apakah ia tetap berair?" kami menjawab, "Ya." Ia berkata, "Adapun airnya, maka ia (sebentar lagi) hampir saja akan habis."

Kemudian ia berkata lagi, "Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar." Mereka menjawab, "Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?" Ia bertanya, "Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?" Kami menjawab, "Benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu."

Lalu ia berkata lagi, "Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi, apa sajakah yang sudah ia perbuat?" Mereka menjawab, "Dia telah keluar dari Mekah menuju Madinah." Lalu ia bertanya, "Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?" kami menjawab, "Ya." Ia bertanya, "Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?" Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa ia (Nabi) itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.

Lalu ia berkata, "Apakah itu semua telah terjadi?" kami menjawab, "Ya." Ia berkata, "Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah Masihid Dajjal dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun kampung (negeri) kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Mekah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan disetiap celahnya terdapat malaikat yang menjaganya." [HR. Muslim]

Hadits diatas memberi beberapa petunjuk yakni:

    Dajjal tinggal disebuah pulau
    Dan letak pulau tersebut berjarak 30 hari perjalanan dengan berlayar dari Syria

Selain itu, kita juga dapat mengetahui bahwa Dajjal sudah ada sejak zaman Rasulullah, namun Allah belum mengizinkannya untuk keluar. Ia akan keluar jika Allah telah mengizinkan dan akan dibunuh oleh nabi Isa A.S.
Baca Selengkapnya »


Hukum Membaca Alqur'an Menggunakan Bahasa Jawa

Membaca Al-Quran dengan gaya Jawa menimbulkan pro dan kontra di beberapa kalangan. Wakil Sekretaris Jenderal MUI, Tengku Zulkarnaen mengungkapkan bahwa membaca Al-Quran dengan gaya Jawa called've mempermalukan Indonesia di dunia internasional.

Karena ia merasa bahwa di alam, ada banyak kesalahan baik tajwid, fashohah, dan lagu. Hal ini juga dianggap sebagai salah satu hal yang konyol. Menurut dia, sudah dijelaskan dalam kitab suci Al-Quran diturunkan dengan huruf dan bahasa Arab asli.

Jadi membacanya juga harus sesuai ketika Al-Quran diturunkan ke bumi. "Ibadah sudah digariskan Allah dan Rasul-Nya. Dalam Al-Qur'an menjelaskan bahwa Al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab asli yang diucapkan. Nabi juga mengatakan Alquran untuk dialek Quraisy, sehingga membaca itu harus dengan cara Quran dikirim down, "katanya seperti dikutip Reuters.

Selain itu, Tengku menambahkan, trek untuk membaca Al-Qur'an itu sendiri telah setuju Qurra di dunia. "Lagu yang telah disepakati oleh tingkat dunia Qurra 'adalah lagu standar yang sudah ada tersebut Husaini Bayati, Hijaz, Shoba, nahqand, rast, sikkah, jaharkah atau Ajami," katanya.

Dia juga dianggap lahir keanehan ketika Alquran dibaca dengan menggunakan gaya tertentu seperti lagu Cina, Batak, seriosa, India, Jawa, Sunda, dan lain-lain.

Selain itu, ketua Muhammadiyah Prof. Yunahar Ilyas mengungkapkan, tidak ada kebutuhan untuk membaca Al-Quran dengan gaya Jawa, Sumatera, Ambon, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, bahasa Al-Quran dalam bahasa Arab, maka tidak boleh lupa bahwa membaca adalah bahasa Arab, bukan Melayu atau Jawa.

Yunahar menjelaskan, pandangan hukum membaca Al-Quran, yang tidak bisa ditawar itu hanya Makhraz dan Tazwid. Tapi, sesuatu yang lain mungkin tidak diperbolehkan jika dianggap tidak pantas untuk menjalankan.

Ia melanjutkan, jika hanya untuk memperkaya budaya, tidak perlu menyorot daerah kuda bit dalam membaca Alquran. Karena, menurut bahasa Al-Qur'an itu adalah bahasa universal yang diciptakan untuk seluruh Umat Islam di Dunia.

Sementara itu, menurut Ustadz Toha Husain al-hafidz yang juga murid dari Imam Syaikh Su'ud Haram Ash Shuraim di Purwokerto, ada tiga kesalahan dalam membaca Al-Quran dengan menggunakan gaya Jawa, yaitu:

Kesalahan Tajwid. Karena maadnya terpaksa mengikuti hukum kebutuhan lagu.
Kesalahan aksen. Koran harus diucapkan dengan aksen Arab. Biasanya dengan sab'ah qiraat atau asyrah qiraat.
Kesalahan Takalluf. Memaksa untuk meniru lagu yang tidak biasa untuk Qur'an.

Dalam Islam tidak ada bukti yang melarang seseorang untuk membaca Alquran dengan gaya daerah. Namun, akan lebih baik jika kita membaca sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi.

Dan sementara Allah memberitahu kita untuk membaca Al-Quran dengan tartil, Allah berfirman:

"... Dan membaca Alquran dengan tartil." [QS. Al-Muzammil ayat 4]

Tartil artinya membaca Al-Qur'an secara perlahan dan benar-benar tajwid dan makhrajnya, bagaimana Anda menanggapinya? Semoga bermanfaat.
Baca Selengkapnya »